Saturday, April 30, 2011

ini adalah pagi, saat dimana kau memaki
mungkin karena mimpimu terlalu nyata untuk ditinggalkan.

kita belajar dan bekerja
mandi, makan, buang air
bercanda, tertawa
ada pula yang berkelahi

kemudian kita kembali terlelap
membiarkan otak bercanda

Wednesday, April 27, 2011

dini hari dikala terjaga

batang kretek yang merah berdarah tinggal tersisa sehisap sebelum panasnya membara dan meredup. disebelahnya bertengger dua batang yang menunggu dieksekusi. hidung tidak bersahabat, mulut masih berair, papan ketik masih menyala seiring bunyi berputar yang nyaris mengalahkan musik yang diputar. sambil menghisap asap terakhir aku membuat bunyi-bunyi ketik diatas papan ini, sebuah media dimana aku bisa membiarkan otak yang tidak bekerja agar sedikit berputar. papan ini bukanlah punyaku, melainkan punya karibku yang sedang berpose disebelah. mungkin sedang memimpikan pacarnya yang dirahasiakan itu. sayup-sayup terdengar suara bapak-bapak berbicara, berbicara apa aku tak tahu, biasanya tak lama setelah bicara ia akan menyanyikan panggilan sholat, yang biasanya tak ku gubris.

batak kretek kedua telah dinyalakan, nasibnya tak lama lagi akan seperti teman disebelahnya yang sudah hilang guna. memangnya apa gunanya? mungkin seperti pemacu bagi otak, yang memacu performanya tapi sekaligus menghancurkan juga.

paragraf pembuka sudah terlempar dua buah, tapi sebenarnya aku masih bingung ingin menulis apa, seperti yang kutulis di paragraf satu tadi memang tulisan ini hanya untuk memutar sedikit otak yang sedang diam. aku melihat seperangkat alat musik petik di sebelah kiri ku, yang dawainya terlepas, dan sekarang bergoyang-goyang diembus oleh kipas angin. sangat tidak merangsang untuk memainkannya sekarang. jam menunjukkan pukul 5:25, kulihat sedikit keluar matahari belum mau menunjukkan kepalanya yang plontos. masih ada 2 jam sebenarnya bagi ragaku untuk beristirahat. kenapa aku malah memilih untuk menuangkan nyawa di atas papan ketik ini? mungkin karena ia, yang tulisannya menginspirasiku.

aku jarang melihat ia, pertama kalinya sewaktu di kantin ia bertemu dengan karibku yang satu lagi, dan waktu itu pula karibku itu menceritakan pemikirannya. menarik, pikirku. tapi yasudahlah, tidak ada rasa bagiku untuk secara menggebu-gebu mencari tahu tentang ia. sekali waktu karibku yang sedang ngiler disebelah ini menunjukkan profile twitternya. dan ada link
menuju blognya. yang desainnya cukup menarik, ia tetap percaya pada alat-alat konvensional walaupun zaman telah mengizinkan ringannya berkarya.

ia berteriak dalam tulisannya. tidak dengan menggunakan tanda seru, tapi dengan rangkaian kata yang memilukan. brilian menurutku. betapa rangkaian kata-katanya mudah untuk dibaca, dan sekaligus menusuk rasa dan akal.

aku tidak mengenal ia, cukup mengetahui dan mengagumi.

ternyata akhirnya tulisan ini tentang ia. memalukan memang jika kelak tulisan ini dibaca olehnya, tapi yasudahlah, masih cukup lama waktunya untuk menenggelamkan karya ini dengan postingan lain. kini saatnya memerangi diri sendiri untuk tidak tidur kembali. jam menunjukkan 5:48. masih ada 2 jam dan 12 menit sampai aku harus berada di kampus dan beraktivitas.
ketika kepala terbuka
mata terbakar
mulut terkoyak

hanya jari yang terus menulis

mengalir seperti darah
yang dipompa jantung yang lemah

kadang tertatih, kadang tertahan

tetapi alurnya tetap bersambut

seperti alam yang menulis
dan kau hanya menangkap yang tertangkap

tak perlu berpikir. teruskan saja membual
tak usah pikirkan khayal

yang mungkin sebenarnya nyata
yang manapun tak usah pedulikan

toh kau hanya ingin menggores rasa.

enyahlah mati

kita memang tak bersua
ataupun bersambut

kita hanya merebutkan energi
energi yang hanya milik kita

menubruk dalam persepsi
menjauh dalam tawa

tapi kita terus berjalan
pada sepasang garis pararel

aku memang menjauh
tapi aku tidak akan pergi.

Sunday, April 17, 2011

ironi

kesejukan hanya milik mereka yang merasakan
tidak ada hawa yang dapat mengganggu kita
kita hanya terbatas oleh akal

kita yang terbuai akal kelak akan menemukan yang diluarnya
aku bukan takut, aku hanya waspada

aku yang dikepala ternyata lebih kuat daripada aku yang dibawahnya

memang manusia terlalu tinggi pikirnya
terlalu mabuk untuk memikirkan hidupnya

melupakan sesuatu yang tak dapat diceritakan
yang tak dapat diberitakan

distorsi fakta

kadang ia bersembunyi
tak ingin terlihat oleh yang lain
tak ingin berhadapan dengan dunia

ia tertidur, melewati waktu
menuang umur yang terbatas

mengisi hidupnya dengan khilaf
mengisi pikiran dengan kebobrokan

aku tak peduli
ia lebih senang begitu

ia terlalu pengecut untuk menghadapi yang nyata

jiwa

ia menghilang, seperti embun yang diterpa surya
angin membawanya ke udara
membebaskan ia dari cengkraman bumi

ia menghilang, hanya dari mata
ia menghilang, tapi tak lenyap

Tuesday, April 12, 2011

kau tahu?

orang yang diatas itu lebih mudah dibidik untuk jatuh

Malam Terang di Kosan (Part I)

Terang masih saja milik malam, adalah lirik dari sebuah lagu dari Payung Teduh berjudul Malam, yang merupakan lagu yang selalu setia mengiringi malam-malam terang milik saya di kosan. Kenapa malam terang? Karena memang terang oleh lampu. Saya memang terbiasa terjaga di malam hari, dan baru tidur ketika adzan shubuh. Tapi sayangnya, tulisan ini bukan tentang Payung Teduh, sebuah grup musik kebanggan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, yang mungkin akan saya tulis reviewnya diwaktu lain.

Tulisan ini lebih tentang malam-malam saya di kosan, atau dengan kata lain curhat. Bagi yang malas membaca curhat bisa segera menutup halaman ini atau pergi ke situs lain untuk mencari bacaan yang lebih menyenangkan, atau kalau anda iseng, bisa terus menyimak tulisan ini. Tulisan ini pada perkembangannya ternyata bukan tentang malam di kosan, tapi bagaimana kehidupan kuliah saya. Maklumlah ga pernah bikin kerangka karangan hehe

Sebetulnya agak abnormal bagi seorang mahasiswa seperti saya untuk tidur sangat pagi. Kenapa? Karena harusnya saya tidur cukup untuk menghadapi kuliah-kuliah pagi, yang sialnya pada semester 2 ini dalam seminggu ada 4 hari dimana saya harus kuliah pagi. Senin, ada mata kuliah MPK Bahasa Inggris, yang merupakan suatu mata kuliah yang cukup saya minati dan cukup ahli (sombong). Rabu, ada mata kuliah Klasifikasi yang sebetulnya tidak terlalu susah, tapi saya sempat bermasalah dengan dosennya. Kamis, ada Metadata A yang saya cukup tidak mengerti dan memusingkan. Jumat, ada MPK Bahasa Inggris lagi.

Dalam mata kuliah MPK Bahasa Inggris secara keseluruhan tidak ada masalah yang berarti bagi saya, namun mungkin karena saya kelompok minoritas disini (mayoritas merupakan anak-anak jurusan Sastra Belanda), saya tidak terlalu mengenal semua anak-anak kelas ini. Untungnya saya sekelas dengan Kelana Rimba Khatulistiwa, seorang teman sejurusan saya yang bernama unik dan memang mencerminkan orangnya, dan ada juga Ainul Qalbi, anak filsafat yang saya lupa bagaimana kenalnya, tiba-tiba kenal deh pokoknya.

Si Kelana ini merupakan makhluk galau, yang lebih galau daripada Kurt Cobain, untung dia ga punya pistol jadi ga bisa nembak kepalanya sendiri. Apa yang digalaui (bener ga sih digalaui jangan salah baca jadi digauli ya)? Ga jauh-jauh, cewe. Memang sepertinya ini adalah masalah yang universal bagi anak-anak cowok jurusan saya yang bisa dibilang 90% makhluk galau. Dan galaunya kebanyakan karena cewe dan duit (kalau yang duit saya sih).

Si Ainul Qalbi, yang biasanya dipanggil Owi datang dari Padang, awal saya kenal sih orangnya rada berisik, tapi lambat laun kayanya dia nemuin settingan volume yang pas buat suaranya. Walaupun tetap kadang-kadang sember juga.

MPK Inggris saya diajar oleh Ibu Nia, yang logatnya ternyata Australia, bukan British seperti yang selama ini saya kira, hal ini pun saya ketahui karena beliau sempat bercerita bagaimana kehidupannya sewaktu kuliah di Aussie. Ibu Nia ini orangnya lumayan asik, gara-gara masih muda sih kayanya. Saya sering terlambat kalau masuk kuliah ini. Pertama-tamanya sih masih ditolerir, tapi pernah sekali waktu ketika saya datang telat, ternyata dia sedang iseng menaruh jam tangannya diatas meja dosen, supaya bisa tahu mahasiswa yang telat, dan yang telat tidak dapat absen. Untung feeling saya memang selalu selangkah lebih maju, jadi saya datangnya pas menit-menit terakhir.

Ibu Nia ini sempat salah panggil nama saya dengan Kelana, hal yang cukup bikin saya sakit hati, karena saya merasa lebih ganteng dari Kelana. Untung karena keaktifan saya telat dan menjawab pertanyaan, akhirnya dia hafal juga nama saya. Dan sepertinya dia juga memang menghafal nama anak-anak satu kelas. Hal yang saya salut, karena tidak banyak dosen yang bisa atau mau menghafal nama para mahasiswanya.

Ibu Nia ini mempunyai ketegasan dalam pengumpulan tugas, barang siapa yang telat mengumpulkan tugas, maka si telat ini harus mengumpulkan tugas tersebut dobel. Hal yang cukup bikin keki, karena walaupun tugasnya terbilang gampang tapi mengerjakan satu saja males, apalagi dua? Sudahkah anda minum yakult hari ini? saya minum dua.

Oke, segitu dulu deh, nanti saya sambung lagi ya (kalau lagi mood) tentang dosen-dosen mata kuliah lainnya. sekarang tidur dulu, ngantuk, untung kuliah siang

Monday, April 11, 2011

Bumi Jangan Marah

aku dan bumi tadinya damai

aku saja yang terlalu pintar
menganggap bumi bisa ditaklukkan

bumi tak butuh aku

bumi tak bisa dikendalikan
aku yang butuh dikendalikan.

aku itu binatang yang paling pintar
aku bisa menipu diriku sendiri.

aku itu makhluk yang paling kuat
aku bahkan dapat membunuh diriku sendiri.

Tulis dan Gambar

menulis itu bagai menggambar,makin sering maka semakin mahir
tapi menulis lebih menyenangkan dari menggambar

gambar membatasi khayal pemirsanya
tulisan memacu khayal pembacanya

gambar cukup dikagumi
tulisan dapat mengilhami

sayangnya saya lebih terlatih menggambar daripada menulis
kadang menggambar pun saya sudah jarang.

lebih sering mengagumi karya. meninggalkan karya sendiri.

coretan iseng #1

mungkin memang tak mudah melepaskan bayang
sekali waktu ia hilang, ketika gelap membungkus tubuh.

Senja

senja adalah saat dimana manusia terbuai
langit menyatakan indahnya warna
langit menyatakan akhirnya terik

senja tak pernah marah, senja tak pernah berkhianat
sekali waktu pernah ia menangis.

karena awan gelap yang membungkus indahnya.